Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
المرأة الصالحة في الدنيا- يعني: الزوجة- تكون خيراً من الحور العين في الآخرة ، وأطيب وأرغب لزوجها ، فإن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أخبر أن أول زمرة تدخل الجنة على مثل صورة القمر ليلة البدر Wanita shalihah di dunia – yaitu para istri – lebih baik dibandingkan bidadari di akhirat. Mereka lebih indah dan lebih dicintai suaminya. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa kelompok pertama yang masuk surga itu seperti cahaya bulan di malam purnama. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, 12/58) Ahli Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Keadaan wanita beriman di surga lebih utama dari bidadari dan lebih tinggi derajat dan kecantikannya. Wanita shalihah dari penduduk dunia masuk surga sebagai balasan atas amal saleh mereka. Hal ini adalah kemuliaan dari Allah untuk mereka karena bagusnya agama dan kebaikan mereka. Adapun bidadari adalah bagian dari kenikmatan surga. Mereka diciptakan di dalam surga sebagai kenikmatan bagi makhluk selainnya, sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salihnya. Sumber: https://muslim.or.id/59613-wanita-dunia-penghuni-surga-lebih-cantik-dari-bidadari-surga.html اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
“Ya Allaah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya no. 2427 (Mawaarid), Ibnus Sunni no. 351. Al-Hafizh berkata: Hadits di atas sahih, dan dinyatakan shahih pula oleh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi, h. 106.) Siapa saja yang mengenal Rabbnya niscaya dia akan selalu sibuk mencari keridhaan-Nya daripada sibuk menuruti hawa nafsunya.
Fawaidul Fawaid, Ibnul Qayyim rahimahullaah. Semua yang diniatkan dengan Bismillaah, tidak akan berhenti di tengah-tengah. Tanda tanya yang paling besar
Dalam benak setiap orang Yang kerap sekali menduga-duga Tentang apa yang akan terjadi di depan Padahal sejatinya hati tahu Bahwa semua hanya tentang waktu Mengerti, bahwa sesuatunya adalah atas kehendak-Nya Bahwa segala yang terbaik telah ditetapkan oleh-Nya Bahwa ada banyak hal yang sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan Dan, bahwa kebahagiaan setiap insan sudah Allaah jaminkan Banyak sekali pembelajaran yang didapatkan Dalam kejadian yang nyatanya sama sekali tak pernah terbesitkan Sebelum semua ini semua nampak aman dan baik-baik saja Semua terasa menyenangkan sekaligus menenangkan Namun pada saat Allaah ingin menguji, Menge-tes seberapa kuatkah besar cintamu pada-Nya, Terkadang hati malah rapuh tak berdaya Terkalahkan oleh perasaan yang melambung tinggi Terpedayakan oleh khayalan, dan ketakutan akan hal yang belum terjadi Karena perasaan yang semakin mendominasi, mulailah ragu dengan takdir baik yang kelak pasti Allaah kirimkan Padahal, hanya satu kuncinya Menerima dan mengikhlaskan (yang sudah terjadi) Yang secara otomatis, akan menjadikanmu lebih kuat dan hebat; bijak dan dewasa Sebab, semua yang telah diberikan, nantinya akan dikembalikan Dan kenyataannya.. Semua pasti terkubur oleh sang waktu Entah kejadian, kenangan, perasaan, dan yang paling utama; jasad. Karena hanya ada satu yang pasti di dunia ini, Yang kemana pun kau pergi akan selalu mengiringi, Jodoh yang setiap orang sudah ditetapkan kapan dipertemukan, kapan dibersamai, dan kapan disandingkan, Yaitu, kematian. -amayaummusofia Hujan dan Pulang.
Apa yang paling indah dari sebuah pertemuan? Yaitu pertemuan yang tidak terencana, namun atas seizin Allaah. Seperti Hujan di Bulan Februari itu, siapa sangka akan bertemu hujan di kota yang aku menyebutnya "kota yang sempurna untuk pulang". Air mata tak terbendung, ini adalah pertemuan yang indah. Doa itu ada, selalu dan sampai saat ini terus terucap. Kesabaran seratus tujuh hari, terima kasih. Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, InsyaaAllaah pertemuan akan datang, InsyaaAllaah. *Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas* Hafizhahullah
Ahad, 11 Jumadil Awwal 1439 H/28/01/2018 ┈•┈┈•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•┈┈•┈ Syarah kitab tauhid ════════════════════ Tindakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam melindungi Tauhid dan menutup setiap jalan menuju kesyirikan ════════════════════ Ditulis Oleh: *Hafizh Abdul Rohman (Abu Ayman)* Muqaddimah PRINSIP-PRINSIP DALAM BERAGAMA 1. Agama islam adalah agama dalil, Agama hujjah, bukan agama ikut-ikutan, dalil itu adalah alquran dan as-Sunnah (وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا) Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. [Surat Al-Isra’ 36] (وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ) Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.” [Surat Al-Baqarah 111] 2. Agama islam wajib dipahami dengan pemahaman para sahabat. Allah yang memerintahkan hal demikian (وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا) Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. [Surat An-Nisa’ 115] Kaum mu’minin dalam ayat di atas adalah para sahabat, Mengapa kaum muslimin wajib memahami agama sesuai dengan pemahaman para sahabat? Supaya mereka tidak termasuk golongan yang sesat, menyimpang, karena nabi sudah mendapatkan kabar dari Allah bahwa umatnya pasti akan mengalami perpecahan: وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan, ” para sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah golongan yang mana aku dan para sahabatku berpegang teguh padanya”. (HR. Tirmidzi, No. 2565, hadits Hasan) (مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ) dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, [Surat Ar-Rum 31] (مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ) yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Surat Ar-Rum 32] Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ahlussunnah wal jamaah adalah mereka yang berpegang teguh denga alquran dan as sunnah sesuai dengan pemahaman orang-orang terdahulu (salaf ash-shalih) Allah akan meridhai, memberikan surga bagi orang yang mengikuti para sahabat dengan baik, bukan sekadar beragama secara ikut-ikutan tidak jelas. (وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ) Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. [Surat At-Tawbah 100] Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ وَكَانُوا يَضْرِبُونَنَا عَلَى الشَّهَادَةِ وَالْعَهْدِ “Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian akan datang sebuah kaum yang persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya”. Ibrahim berkata; “Dahulu, mereka (para shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian) “. (HR. Al-Bukhari, 2458) 3. Agama islam adalah agama yang sudah sempurna. الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. [Surat Al-Ma’idah 3] Semua tentang agama sudah selesai dijelaskan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam, semua jalan menuju surga, sudah beliau smapaikan, semua yang menyeret pada neraka, sudah beliau peringatkan. Tolak ukur kebenaran adalah alquran dan sunnah yang difahami dengan benar sesuai pemahaman para sahabat, bukan ucapan fulan dan fulan. 4. Jika terjadi perselisihan pendapat dalam perkara agama, maka harus dikembalikan kepada dalil (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا) Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [Surat An-Nisa’ 59] Perselisihan/khilafiyah itu bukanlah dalil, karena dalil adalah alquran dan as-Sunnah 5. Dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah dakwah tauhid Dakwah itu bukan asal berbicara, diundang asal datang, tapi ada tujuan yang agung, di antaranya adalah sebagai berikut: Tujuan dakwah: 1. Supaya manusia tidak bisa lagi beralasan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala (رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا) Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. [Surat An-Nisa’ 165] Dakwah terdiri dari kabar gembira bagi yang bertauhid, ibadah, beramal shalih Dakwah terdiri dari ancaman bagi yang menyekutukan Allah, bermaksiat, melakukan bid’ah dalam beragama Bila tidak ada ancaman maka, mungkin saja orang mengikuti pengajian puluhan tahun, namun dia tidak mengerti tentang kesyirikan. Allah menciptakan manusia di atas agama islam secara fitrahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا} “Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”. Kemudian Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata, (mengutip firman Allah QS Ar-Ruum: 30 yang artinya: (‘Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu”). (HR. Al-Bukhari, 1270) 2. Menunjukan hidayah kepada manusia kepada jalan yang lurus (وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ) Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus, [Surat Ash-Shura 52] (إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ) Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” [Surat Aal-E-Imran 51] Mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik, kebodohan (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ) Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji [Surat Ibrahim 1] Inilah jalan yang lurus, yaitu mengajak manusia kepada jalan tauhid, dakwah kepada tauhid, maka tidak ada lagi alasan bagi dai untuk menunda dakwah tauhid dan memperingatkan dari kesyirikan dengan berkata “ummat belum siap menerima dakwah tauhid”. Justru dailah yang harus menyiapkan ummat supaya bertauhid sebelum mereka diajak kepada ibadah-ibadah lainnya. 3. Untuk melepaskan tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala (وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ) Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa.” [Surat Al-A’raf 164] Dakwah para NABI: Dakwah Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan dakwah seluruh nabi dan Rasul adalah dakwah tauhid, walaupun problematika ummat itu banyak, namun mereka semua tetap memulai dakwah Dengan yang lebih penting, yaitu tauhid (وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ) Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). [Surat An-Nahl 36] (لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ) Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat). [Surat Al-A’raf 59] Mengapa belajar tauhid??? 1. Supaya bertaubat (وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ) Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya,” [Surat Ar-Ra’d 27] َ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ “Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat.” 2. Menjadikan kuatnya kemauan untuk mengharapkan karunia dari Allah 3. Terbebas dari Penghambaan terhadap manusia, karena dia hanya ibadah untuk Allah saja, tidak perduli dengan penilaian manusia 4. Mengerjakan amal ibadah secara Sempurna, baik ibadah lahir maupun batin 5. alquran dan as sunnah melarang dari hal yang merusak, seperti ghuluw (berlebihan, ekstrim) karena akan menyeret pada kekufuran dan kesyirikan, juga islam melarang tasyabbuh atau meniru orang musyrik, orang kafir, di mana mereka berpecah belah, bermaksiat, menyekutukan Allah, dsb. Diantara sifat nabi shallallahu alaihi wasallam: (لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ) Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. [Surat At-Tawbah 128] – nabi membawa Syariat islam yaitu syariat yang mudah, bukan untuk mempersulit. – sedih jika umatnya mengalami penderitaan – Nabi berkeinginan kuat untuk menunjukan kepada hidayah – Berkasih sayang terhadap orang mukmin Bagaimana bentuk kasih sayang nabi? Apakah beliau membiarkan umatnya melakukan kesyirikan? Bid’ah? Tidak, Rasulullah menjelaskan dengan tegas, mana tauhid mana syirik, mana sunnah dan mana bid’ah. Di sinilah pentingnya seorang dai meniru Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam berdakwah, apakah disebut sayang pada umat jika membiarkan mereka tidak faham makna laa ilaha illalllah? Tidak! itu tidak sayang, tapi zhalim karena menyembunyikan kebenaran, yang harusnya dai itu memberikan perhatian besar terhadap dakwah La ilaha illallah (tauhid) Lihatlah bagaimana contoh kasih sayang nabi kepada umatnya: – memperingatkan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid, melarang menyembah kubur, batu pohon, dsb – memperingatkan ummat dari jalan yang dapat menghantarkan manusia dari kesyirikan, contohnya: berlebihan dalam mengagungkan kuburan (ghuluw) – nabi sangat keras kepada orang yang ibadah di sisi kuburan orang shaleh, Berikut adalah celaan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam terhadap buruknya ibadah-ibadah di kuburan: Beliau mencela Yahudi dan Nashrani yang mengagungkan kuburan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمْ الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ Mereka adalah suatu kaum yang jika ada hamba shalih atau laki-laki shalih dari mereka meninggal, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuatkan patung untuknya. Maka mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah.” (HR. Al-Bukhari. 416) beliau Mencela peribadatan di kuburan Karena kerusakan yang disebabkan oleh pengagungan kuburan itu sama atau bahkan lebih buruk dari kesyirikan yang disebabkan batu, pohon atau berhala yang lainnya. Bahkan Rasulullah khawatir kuburan beliau akan disembah, oleh karena itu beliau minta supaya diliburkan di rumah Aisyah. Jadi Rasulullah tidaklah dikubur di dalam masjid, tapi hal itu terjadi puluhan tahun kemudian ketika masjid mengalami perluasan, karena tidak lagi dapat menampung jemaah. Dan hal demikian juga pernah diperingatkan oleh para sahabat, supaya tidak memasukkan kuburan ke dalam area masjid) Lima hari sebelum Rasulullah wafat beliau bersabda mengenai larangan menjadikan kuburan sebagai masjid: ُ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدْ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ Aku berlepas diri kepada Allah dari mengambil salah seorang di antara kalian sebagai kekasih, karena Allah Ta’ala telah menjadikanku sebagai kekasih sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Dan kalaupun seandainya aku mengambil salah seorang dari umatku sebagai kekasih, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang sebelum kalian itu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih dari mereka sebagai masjid, maka janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai masjid, karena sungguh aku melarang kalian dari hal itu”. (HR. Muslim, No. 827) Maksudnya adalah khawatir kuburan dijadikan sebagai tempat ibadah, seperti shalat, membaca al-Quran, walaupun tidak dibangun masjid di atas kuburan itu. Hadits ini Juga termasuk bantahan bagi kelompok syi’ah rafidhah, karena kelompok ini adalah yang pertama menjadikan kuburan sebagai masjid, juga jahmiyah yang mengingkari sifat-sifat Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa Manusia yang paling buruk adalah, orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid: إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ وَمَنْ يَتَّخِذُ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ ”Sesungguhnya termasuk seburuk-buruk manusia adalah orang mendapatkan kiamat sementara mereka masih hidup, dan orang yang menjadikan kubur sebagai masjid.” (HR. Ahmad) Makna menjadikan kuburan sebagai masjid: -Sujud di atas kuburan -Sujud, shalat, berdoa menghadap kubur -Membangun masjid di atas kubur Bagaimana seharusnya ziarah kubur? 1. Mengucapkan salam 2. mendoakan ahli kubur 3. mengingat kematian, akhirat YANG PALING RASULULLAH KHAWATIRKAN TERHADAP UMATNYA: Imam Yang Menyesatkan وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ وَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي لَمْ يُرْفَعْ عَنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَلَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ قَالَ ابْنُ عِيسَى ظَاهِرِينَ ثُمَّ اتَّفَقَا لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ Yang aku kawatirkan atas umatku hanyalah imam-Imam yang menyesatkan, jika sebuah pedang diletakkan di hadapan umatku, maka pedang tersebut tidak terangkat (digunakan untuk jihad) hingga kiamat datang. Tidak akan datang kiamat hingga sebagian dari umatku menjadi musyrik dan menyembah berhala, sesungguhnya akan ada para pendusta dalam umatku, jumlah mereka tiga puluh orang, semuanya mengaku bahwa dirinya adalah Nabi. (padahal) aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku. Dan akan senantiasa ada dari umatku yang berada di atas kebenaran, (HR Ahmad. Shahih) Siapakah imam yang menyesatkan??? Dijelaskan oleh Syaikh Mubarok Furi: Yang dimaksud imam yang menyesatkan adalah dai yang mengajak kepada bid’ah, kefasikan, keburukan…. Syirik bisa berubah namanya, namun hakikatnya sama, yaitu beribadah kepada selain Allah, baik itu atas nama tawassul, tabarruk, memuliakan wali, dan semacamnya (Maksudnya ada sebagian orang yang tidak mengerti mana tawassul yang boleh, dan mana yang syirik, mana tabarruk yang boleh, dan mana yang menjerumuskan kepada kesyirikan, serta berlebihan dalam memuliakan wali) Inilah dakwah nabi, mengajak kepada tauhid, memperingatkan dari kesyirikan…ini adalah dakwah yang hak, bukan dakwah yang keras, bukan Dakwah yang ekstrem… Inilah dakwah yang mengajak kepada persatuan yang hakiki di atas tauhid. Maka mengherankan Jika ada yang menganggap keliru dakwah tauhid ini.. Tidak ada salahnya selalu menitipkan hati kepada Allaah agar selalu dijaga kan?
Hati : Kamu mau seperti orang itu? Mendapat apa yang dimilikinya sekarang, menjalani apa yang orang kerjakan. Mau?
Akal : Mau-mau saja. Tampaknya tidak ada yang perlu dipermasalahkan juga, kan? Hati : Kelihatannya memang seperti itu. Tapi ada sejumlah prinsip dalam berbagai hal yang berbeda jauh dengan yang kamu pegang saat ini. Dan kalau kamu memang berkenan, tentu mau tidak mau kamu juga harus "menganut" prinsip yang sama. Bagaimana? Akal : Meski nampak menyenangkan, tapi kalau banyak yang bertentangan sepertinya aku tidak lagi berminat. Hati : Baguslah, itu yang perlu kamu pertahankan, dan juga perlu kamu syukuri. -Repost tumblr pembelajar. Terlalu banyak yang dipikirkan.
Terkadang terasa sangat lemah diri ini, namun selalu percaya Allaah sebenar-benarnya mengetahui perjuangan setiap hamba-Nya. Selalu akan ada kejutan manis disetiap kebaikan yang telah ditebarkan. Semoga semua ini akan selesai dengan indah-Nya, aamiin. Akan ada, mereka yang selalu kita pilih menjadi tempat mempercayakan banyak tangis dan cerita. Yang telah Allaah pilihkan untuk membersamaimu.
Sebab, sebelumnya engkau telah memilih terlebih dulu menceritakan seluruh bahagia dan tangismu kepada Allaah. Sebab, sebelumnya engkau telah memilih untuk terlebih dulu menautkan seluruh hati dan harapmu kepada Allaah. Hingga, setelahnya Allaah memberikanmu hati yang tenang dan ridha atas ketetapan-Nya. Hingga, setelahnya Allaah memberikanmu rasa cukup penuh syukur yang menenteramkan hati. Dan diantaranya dengan mengirimkan mereka yang tulus hatinya membersamaimu, dalam keadaan apapun. — sumber: tumblr Menyapa Mentari. Tulisan penyemangat hari ini. Ya Allaah, jaga-Lah baik-baik. Originally posted by dokterhil (tumblr).
Jadi, tulisan ini adalah serial kecil, tentang (sedikit) ilmu parenting yang sudah saya dapat dari bimbingan keluarga sendiri, sekolah pra nikah, buku parenting, pun dari kuliah di pendidikan dokter. Kawan tidak harus setuju 100%, dan kami akan sangat senang bila anda mempunyai opini mengenai tema ini : Fatherhood, Kebapakan. Mungkin ini semua bermula sejak saya masih kecil, tepatnya ketika SMA. Saya teringat ketika dalam orientasi program pertukaran pelajar AFS, terdapat sesi mengenai angan dan cita-cita yang berjudul “river of life”. Di situ kami diminta untuk bercerita lini masa beberapa tahun ke depan; apa yang diinginkan, apa cita-cita utama, bagaimana jalan rencananya, dll. Bagi saya, ini pertama kalinya saya diminta untuk menuliskan cita-cita yang benar-benar terencana serinci yang saya bisa. Kebanyakan dari kita menulis cita-cita ketika kecil hanya sebatas “aku ingin jadi dokter!” tapi tanpa adanya step-step di dalamnya. Maka saya mulai menulis, apa yang ada di dalam hati saya, yang terpendam dan harus keluar malam itu juga. Tiba saatnya saya bangkit untuk bercerita. Ternyata aneh, yang saya citakan, tampak berbeda dengan kawan AFS lainnya. Mereka menulis ingin menjadi menteri, menjadi presiden, menjadi diplomat, semua beserta langkah-langkah sesuai dengan idealisme masing-masing. Saya? Saya malah menulis : Menjadi seorang bapak, membentuk keluarga yang hangat. Ketika yang lain menulis cita-cita yang kebanyakan karir dan sedikit tentang menikah dan pasangan hidup serta keluarga, saya malah kebanyakan tentang keluarga, dan sedikit tentang karir. Wah ramai pokoknya ketika itu kalau diingat-ingat hehehe Tapi serius, hingga sekarang tidak berubah, masih menjadi cita-cita. Apalagi di umur sekarang ini hehehe Mungkin perlu di breakdown dulu, apa why di balik ini semua. Kata Simon Sinek, kita harus punya why yang kuat agar semua ini konsisten dan punya purpose yang kuat di tiap aktivitas. Termasuk mengapa saya menulis serial ini. Whyyy? Okay saya tahu. Punya cita-cita seperti itu tidak serta merta membuat saya otomatis menjadi seorang bapak yang terbaik di dunia, nooo. Saya yakin, hidup ini terlalu sebentar untuk sekadar karir; sd, smp, sma, kuliah, ambil profesi, jadi dokter, internship, ambil dokter spesialis, kerja kerja kerja lalu tahu-tahu berada di ranjang rumah sakit, berganti posisi menjadi pasien. Sangat sebentar bung, sangaaaaat bentar ! Maka saya ingin, di hidup yang sebentar ini saya bahagia; baik ketika hidup, mati, dan hidup setelah mati. Bahagia menurut saya, adalah mempunyai keluarga surga. Simpel. Keluarga itu organisasi kecil, tapi darinya lah kita bisa menggetarkan dunia dan akhirat. Keluarga itu tempat berlari dari masalah, pencarian ketenangan, tempat solusi dari masalah. Keluarga itu penyejuk mata, qurrota a’yun, ada dari pasangan dan ananda hingga keturunan. Keluarga itu tempat ridho Allah berada, lillah untuk Allah, dalam keyakinan yang saya pegang bahkan ada dosa-dosa yang hanya bisa gugur hanya dengan cara mencari nafkah. Put it simple, keluarga itu harus jadi jalan ke surga. Maka keluarga surga adalah cita-cita. Ini why saya. Tiap orang bisa punya why yang berbeda; anda pun bisa menarasikannya berbeda dengan why saya. Saya rasa cukup dengan membahas why, terutama milik saya pribadi dalam penulisan ini. Bahasan di serial selanjutnya insyaAllah tidak akan berat, saya meniatkan beberapa poin yang mungkin luput dari masyarakat sekarang, terutama fenomena-fenomena millenials yang semakin beragam dan bikin pusing sendiri. Wadaw. Tidak mengapa, masa depan InsyaAllah lebih cerah kok Wallahua’lamu bisshowab, mari berbagi ! Ada beberapa yang memilih untuk bercerita, dan bertanya harus bagaimana terhadap apa yang sedang mereka alami. Meski mereka sudah tahu apa jawabannya, juga apa yang sebaiknya mereka lakukan. Tidak ada yang salah dengan hal ini, tidak ada yang perlu dipandang berbeda, labil, atau di cap lemah.
Ada beberapa yang mungkin cukup berat untuk memendamnya seorang diri, sehingga perlu untuk mengurangi sedikit bebannya dengan membagikan apa yang ia rasakan pada orang lain. Bukan lantas beban itu akan hilang begitu saja. Juga bukan agar orang lain bisa merasakan beban yang sama. Mereka paham tentang itu. Tapi bercerita adalah cara yang mereka bisa tempuh untuk menata kembali ruang-ruang yang terbebani, untuk sedikit meredakan segala bentuk rasa sakit yang mereka alami. Setidaknya untuk saat itu. Tentu, yang paling utama adalah menyerahkan segala permasalahan pada yang memiliki segala bentuk jawaban. Tapi kembali lagi, pada keadaan yang sulit untuk dibilang tenang atau stabil, sebagian dari kita akan memilih berbagai jalan yang menurut kita baik pada saat itu. Sebagian dari kita, tidak semuanya. Dan semakin kesini, saya semakin memahami. Baik dari pengalaman pribadi, ataupun dari pengalaman orang lain. Sebenarnya banyak yang sudah paham, kalau membagikan apa yang mereka sedang rasakan atau suatu hal yang sedang mereka alami pada orang lain, jawabannya seringkali tidak akan jauh-jauh dari sabar, jalani, terima, jangan menyerah, tetap semangat, dan sejenisnya. Tapi satu hal yang cukup mengerucut dibalik itu semua. Saat sedang terguncang, saat keadaan sama sekali tidak menenangkan, mereka. Mereka hanya ingin didengarkan, atau diyakinkan, atau juga dikuatkan dengan jawaban-jawaban yang sebenarnya sudah mereka tahu sebelumnya. Karena mungkin untuk mereka, itu adalah langkah yang perlu mereka coba tempuh lebih dulu untuk sedikit lebih tenang. Dan baru kemudian bisa memahami, kepada siapa segala permasalahan harus mereka serahkan. Meski mengerti, kalau hikmah tidak akan serta merta Tuhan perlihatkan. Begitu juga dengan jawaban, yang tidak bisa saat itu juga mereka dengar dan dapatkan. Dengarkan, kuatkan, dan yakinkan. Apa-apa yang mereka ceritakan pada kita. Surabaya, di tengah malam. -Repost: Tumblr Danny DF Maka bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik. (70:5)
Segala puji bagi Allaah dalam setiap keadaan. Pernah tidak, merasa kesal dengan orang-orang sekitar yang tidak sepemikiran atau sejalan dengan kalian?
Saya pernah, dulu sebelum saya melewati serangkaian pengalaman hidup yang Allaah hadirkan kepada saya agar saya dapat mengambil banyak hikmah. Dulu, jika dinilai dengan pemikiran saya yang sekarang ini, dulu saya close minded sekali, memandang sesuatu dengan kacamata kuda, yang penting jalan lurus tanpa melihat kanan-kiri. Faktor penyebab dari ketertutupan-pemikiran saya saat itu bisa dikarenakan saya dulu selalu berada di zona aman, atau orang lain biasa menamainya "comfort zone". Zona dimana saya berada di tengah-tengah orang baik yang selalu bikin nyaman dengan segala macam keadaan, zona yang dimana tidak ada celah sama sekali untuk melakukan sesuatu yang kurang bermanfaat, atau yang menimbulkan dosa sekecil apapun. Zona yang menjadikan saya paham batas antara baik dan buruk. Intinya zona tersebut berisikan saya, mereka, dan taat kepada Sang Pencipta. Sempurnanya comfort zone yang saya miliki, membuat saya seakan harus menjadi sempurna juga dan tak jarang membuat pikiran saya menjadi benar-benar harus lurus, hanya 1 arah. Melihat perbedaan sedikit, gampang kesal, Melihat orang lain melakukan kesalahan ini dan itu, langsung menjudge di dalam hati. Pokoknya jika tidak sepemikiran dan sejalan pasti langsung gampang tidak terima. Dan pada suatu saat ada waktu di mana keadaan mengharuskan saya untuk keluar dari zona aman tersebut, berada di sekitar orang dengan latar belakang yang sangat beda, kebiasaan yang berbeda, dengan pemikiran yang berbeda pula. Awalnya saya takut, saya takut tidak bisa menjadi diri saya sendiri saat berada di luar zona aman. Bukankah banyak sekali manusia yang berusaha memakai topeng agar kehadirannya diterima? Namun tidak untuk saya, "berpura-pura menjadi bukan saya" sama sekali bukan solusi yang baik menurut pribadi saya. Dan pada akhirnya saya tetap menjadi diri saya sendiri saat berada di luar zona aman tersebut, dan banyak sekali pelajaran yang dapat saya ambil, bahwa ada saatnya anda memberikan udzur kepada orang-orang di sekitar anda yang masih belum bisa menjadi sebenar-benarnya baik. Ada saatnya anda mendengar apapun yang mereka ceritakan atau bahkan yang mereka keluhkan walaupun anda tahu yang mereka ceritakan berseberangan dengan prinsip anda. Ada saatnya anda menerima banyak perbedaan, tapi bukan berarti membenarkan yang salah. To be continued.. Basyiran wa nadziran, begitulah pernyataan Allaah Subhanahu wa ta'ala tentang misi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasallam kepada umat manusia;
“Menyampaikan kabar gembira dan peringatan”. Tak ada paksaan dalam menyampaikan kebenaran. Perubahan pada diri seseorang adalah mutlak berdasarkan kehendak Allaah. Seorang Nabi saja tak pantas melampaui tugas yang diembannya, yakni hanya memberi kabar gembira dan peringatan (basyiran wa nadziran). Selebihnya, hak mutlak Allaah. Jikapun ada seseorang yang menemukan kesadarannya atas ucapan orang lain, maka kesadarannya itu bukanlah dari ucapan orang yang menyampaikan. Akan tetapi, dirinya sendirilah yang telah mencapai sebuah ketetapan untuk siap menerima cahaya Allaah. Orang yang menyampaikan kebenaran hanya berlaku sebagai sebab agar semoga cahaya Allaah turun kepadanya. -dikutip dari ahmad baihaqi dengan sedikit editan. Bercermin diri lalu menghela napas panjang.. Mencoba berdamai dengan hati yang banyak menuntut keadaan, bagaimana bisa memiliki hati yang lapang?
Terhenyakku saat menemukan sebuah tulisan, merasa belum apa-apa dalam meniti kesabaran.. Kira-kira seperti ini tulisannya: "Jika suatu saat kau ingin orang lain berubah ke arah yang lebih baik, maka kau harus belajar untuk lebih bersabar. Jangan paksa mereka untuk berubah dengan sangat cepat. Hargai proses mereka sekecil apapun. Ingatlah dirimu yg dulu. Kau perlu waktu yang tidak sebentar juga kan? Teruslah bersabar, teruslah berdoa. Jika Allah sudah melembutkan hatimu menjadi pribadi yang jauh lebih baik seperti sekarang, maka tunggulah dengan sabar sampai Allah melembutkan hati mereka. Sabar ya 😊" Sebagai agama sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tentunya Islam tidak melewatkan pembahasan akhlak dalam ajarannya. Begitu banyak dalil dalam al-Qur’ân maupun Sunnah yang memerintahkan kita untuk berakhlak mulia. Di antaranya:
Firman Allâh Azza wa Jalla tatkala memuji Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam: وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur [al-Qalam/ : 4] Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam : وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau menilai hadits ini hasan shahih] APA ITU AKHLAK MULIA? Banyak definisi yang disampaikan Ulama. Definisi yang cukup mewakili adalah: بَذْلُ النَّدَى وَكَفُّ الْأَذَى وَاحْتِمَالُ الْأَذَى Akhlak mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang menyakitinya dan menahan diri ketika disakiti[1] Dari definisi di atas kita bisa membagi akhlak mulia menjadi tiga macam:
APA MAKSUD DAKWAH DENGAN AKHLAK? Sebagian kalangan masih menganggap dakwah hanya berbentuk penyampaian materi secara lisan. Padahal sebenarnya dakwah meliputi aspek lainnya juga; semisal praktek nyata, memberi contoh amalan, dan akhlak mulia, atau yang lazim dikenal dengan dakwah bil hâl. Bahkan justru yang terakhir inilah yang lebih berat dibanding dakwah dengan lisan dan lebih mengena sasaran.[2] Banyak orang yang pintar berbicara dan menyampaikan teori dengan lancar, namun hanya sedikit yang menjalankan ucapannya dalam praktek nyata. Di sinilah terlihat urgensi adanya qudwah hasanah (potret keteladanan yang baik) di tengah masyarakat, yang tugasnya adalah menerjemahkan teori-teori kebaikan dalam amaliah nyata, sehingga teori tersebut tidak selalu hanya terlukis dalam lembaran-lembaran kertas. [3] Jadi, dakwah dengan akhlak mulia maksudnya mempraktekkan akhlak mulia sebagai sarana untuk mendakwahi umat manusia kepada kebenaran. Sumber: https://almanhaj.or.id/3614-berdakwah-dengan-akhlak-mulia.html |
Bismillaah..
|