Originally posted by dokterhil (tumblr).
Jadi, tulisan ini adalah serial kecil, tentang (sedikit) ilmu parenting yang sudah saya dapat dari bimbingan keluarga sendiri, sekolah pra nikah, buku parenting, pun dari kuliah di pendidikan dokter. Kawan tidak harus setuju 100%, dan kami akan sangat senang bila anda mempunyai opini mengenai tema ini : Fatherhood, Kebapakan. Mungkin ini semua bermula sejak saya masih kecil, tepatnya ketika SMA. Saya teringat ketika dalam orientasi program pertukaran pelajar AFS, terdapat sesi mengenai angan dan cita-cita yang berjudul “river of life”. Di situ kami diminta untuk bercerita lini masa beberapa tahun ke depan; apa yang diinginkan, apa cita-cita utama, bagaimana jalan rencananya, dll. Bagi saya, ini pertama kalinya saya diminta untuk menuliskan cita-cita yang benar-benar terencana serinci yang saya bisa. Kebanyakan dari kita menulis cita-cita ketika kecil hanya sebatas “aku ingin jadi dokter!” tapi tanpa adanya step-step di dalamnya. Maka saya mulai menulis, apa yang ada di dalam hati saya, yang terpendam dan harus keluar malam itu juga. Tiba saatnya saya bangkit untuk bercerita. Ternyata aneh, yang saya citakan, tampak berbeda dengan kawan AFS lainnya. Mereka menulis ingin menjadi menteri, menjadi presiden, menjadi diplomat, semua beserta langkah-langkah sesuai dengan idealisme masing-masing. Saya? Saya malah menulis : Menjadi seorang bapak, membentuk keluarga yang hangat. Ketika yang lain menulis cita-cita yang kebanyakan karir dan sedikit tentang menikah dan pasangan hidup serta keluarga, saya malah kebanyakan tentang keluarga, dan sedikit tentang karir. Wah ramai pokoknya ketika itu kalau diingat-ingat hehehe Tapi serius, hingga sekarang tidak berubah, masih menjadi cita-cita. Apalagi di umur sekarang ini hehehe Mungkin perlu di breakdown dulu, apa why di balik ini semua. Kata Simon Sinek, kita harus punya why yang kuat agar semua ini konsisten dan punya purpose yang kuat di tiap aktivitas. Termasuk mengapa saya menulis serial ini. Whyyy? Okay saya tahu. Punya cita-cita seperti itu tidak serta merta membuat saya otomatis menjadi seorang bapak yang terbaik di dunia, nooo. Saya yakin, hidup ini terlalu sebentar untuk sekadar karir; sd, smp, sma, kuliah, ambil profesi, jadi dokter, internship, ambil dokter spesialis, kerja kerja kerja lalu tahu-tahu berada di ranjang rumah sakit, berganti posisi menjadi pasien. Sangat sebentar bung, sangaaaaat bentar ! Maka saya ingin, di hidup yang sebentar ini saya bahagia; baik ketika hidup, mati, dan hidup setelah mati. Bahagia menurut saya, adalah mempunyai keluarga surga. Simpel. Keluarga itu organisasi kecil, tapi darinya lah kita bisa menggetarkan dunia dan akhirat. Keluarga itu tempat berlari dari masalah, pencarian ketenangan, tempat solusi dari masalah. Keluarga itu penyejuk mata, qurrota a’yun, ada dari pasangan dan ananda hingga keturunan. Keluarga itu tempat ridho Allah berada, lillah untuk Allah, dalam keyakinan yang saya pegang bahkan ada dosa-dosa yang hanya bisa gugur hanya dengan cara mencari nafkah. Put it simple, keluarga itu harus jadi jalan ke surga. Maka keluarga surga adalah cita-cita. Ini why saya. Tiap orang bisa punya why yang berbeda; anda pun bisa menarasikannya berbeda dengan why saya. Saya rasa cukup dengan membahas why, terutama milik saya pribadi dalam penulisan ini. Bahasan di serial selanjutnya insyaAllah tidak akan berat, saya meniatkan beberapa poin yang mungkin luput dari masyarakat sekarang, terutama fenomena-fenomena millenials yang semakin beragam dan bikin pusing sendiri. Wadaw. Tidak mengapa, masa depan InsyaAllah lebih cerah kok Wallahua’lamu bisshowab, mari berbagi ! Comments are closed.
|
Bismillaah..
|