Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bersemangatlah untuk meraih segala hal yang bermanfaat bagimu. Mintalah pertolongan Allah dan jangan lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu (yang tidak menyenangkan) janganlah berkata, ‘Seandainya aku dulu berbuat begini niscaya akan menjadi begini dan begitu’ Akan tetapi katakanlah, ‘QaddarAllahu wa maa syaa’a fa’ala, Allah telah mentakdirkan, terserah apa yang diputuskan-Nya’. Karena perkataan seandainya dapat membuka celah perbuatan syaitan.” (HR. Muslim) Apa sih yang ada di benakmu ketika mendengar kata memilih pasangan? Sejauh ini, yang saya dan sebagian besar teman-teman bayangkan tentang memilih pasangan hanyalah tentang cara memilih pasangan, cara yang baik mendapatkan pasangan dan cara yang tepat mengenali diri pasangan. Tapi ternyata, berbicara tentang memilih pasangan tidak hanya sekadar itu. Lebih jauh lagi, ini adalah tentang membangun peradaban. Wow! Hmm, tapi gimana sih maksudnya? Sini duduk manis, saya akan menceritakan hasil diskusi NuParents dengan teteh kami, teh Yuria Pratiwhi Cleopatra atau yang lebih akrab dikenal dengan nama teh Patra. Seluruh tulisan ini adalah hasil saya mendengar buah pikirnya beliau. Stay tune, ya!
Memilih pasangan bukanlah proses main-main, tapi merupakan proses yang memang harus disikapi secara serius, sebab sebagai calon orangtua kita memiliki kewajiban terhadap (calon) anak untuk memilihkan calon ibu atau ayah yang baik. Satu hal yang perlu kita ingat, menikah perlu dilakukan dengan proses yang sesuai dengan syariat, termasuk juga ketika memilih dan mengenali pasangan ini. Kalau begitu, jika prosesnya diawali dengan ikatan-ikatan tidak halal yang tidak sesuai dengan syariat, itu bagaimana? Di hati sudah ada jawabannya, ya! Teh Patra menyampaikan, “Mengenal calon pasangan sebelum nikah bukanlah jaminan pernikahan akan berlangsung dengan baik karena semua sifat asli akan muncul setelah menikah sehingga proses mengenal pasangan adalah proses seumur hidup.” Ketika melihat ayah dan ibu, saya merasa mereka berdua begitu cocok. Lalu, saya pernah bertanya-tanya, apakah dua individu yang dipertemukan dalam ikatan pernikahan selalu berarti keduanya cocok bagi satu sama lain? Ternyata tidak. Setiap manusia unik, karenanya memang tidak ada satu orang individu yang akan benar-benar cocok untuk individu yang lainnya. Kalau kata teh Patra, “Kesempurnaan pasangan justru terletak pada ketidaksempurnaannya. Jika keduanya sudah sempurna, dimanakah letak peran untuk saling mengisi dan saling menghebatkan?” Lalu, apa yang sebaiknya menjadi landasan kita dan pasangan memberanikan diri untuk terikat dalam pernikahan? Tidak ada yang lain selain untuk beribadah, untuk membangun peradaban agar anak-anak kita kelak menjadi kontributor dalam peradaban Islam. Nah lho, atas tujuan sebesar dan seserius ini, mungkinkah jika kita mengawalinya dengan hubungan dan perasaan yang justru tidak terletak dalam koridor keridhoan Allah? Menikah adalah satu-satunya cara untuk membangun keluarga. Tapi, jangan sampai kita menjadi keluarga yang sekedar bertahan: sekedar bisa hidup, memiliki keturunan dan menjalani hidup selayaknya orang kebanyakan. Mengapa? Jelas, sebab kita tidak bisa menjadi keluarga yang biasa-biasa saja untuk membangun peradaban. Apa yang perlu dilakukan untuk bisa membangun peradaban? Pertama, mau membangun peradaban berarti mau berjuang untuk mewujudkannya. Bagaimana cara berjuangnya? Cara yang paling konkret adalah dengan tidak berhenti belajar; yang pertama dan utama adalah belajar ilmu agama (termasuk Tafsir, Sirah Nabawiyah dan Fiqih praktis), ilmu bahasa, menguatkan spesialisasi pada suatu keilmuan atau peminatan serta mengupdate wawasan tentang apa yang sedang terjadi pada realitas sekarang ini. Kedua, membangun peradaban bersama keluarga berarti juga bahwa keluarga tersebut harus memiliki visi dan misi yang jelas serta sama-sama memiliki semangat dan usaha untuk dapat mewujudkannya. Untuk dapat mewujudkan setiap visi dan misinya, milikilah proyek bersama keluarga yang tentunya mengandung kebermanfaatan yang lama, luas dan juga banyak. Untuk menunjang hal ini, alangkah lebih baiknya jika diadakan semacam rapat keluarga. Itu kan kalau sudah menikah, kalau belum, apa yang bisa dilakukan? Sebelum menikah, lihatlah seseorang dari potensi yang dimilikinya, lalu kelak ketika sudah menikah berilah ia kesempatan untuk mengoptimalkan potensinya. Niatkan dalam hati, “Setelah menikah dengan saya, pasangan saya bisa menjadi seseorang yang hebat.” Ayo buatlah resolusi dan beranilah untuk memperjuangkannya! Ketiga, perjuangkanlah komunikasi dengan pasangan (dan seluruh anggota keluarga). Mengapa perlu diperjuangkan? Sebab, membangun peradaban tentu tidak dilakukan dengan komunikasi biasa yang ala kadarnya. Dalam pernikahan nanti, komunikasi ini sering bisa menjadi masalah, maka salah satu harus ada yang mengalah meski ia tidak bersalah. Selain itu, ketika ada perbedaan pendapat, jangan baper alias terbawa perasaan. Serius nih mau membangun peradaban? Kalau begitu, jangan tunggu menikah dulu, yuk persiapkan sejak sekarang! Semoga Allah mempertemukan masing-masing dari kita dengan orang yang bisa diajak kolaborasi sepanjang hidup dan membersamai kita dalam langkah-langkah untuk mewujudkan cita-cita besar membangun peradaban. Pesan teh Patra, carilah yang berpotensi berjuang! source: tumblr novie ocktavia "Bahagia itu adalah dengan qana'ah. Siapa yang hatinya sibuk dengan akhirat, maka Allah akan bahagiakan ia walaupun dengan sesuatu yang sedikit. Siapa yang hatinya sibuk dengan dunia, setiap kali tangannya penuh dengan dunia tersebut, maka semakin miskin hatinya."
– SYAIKH ABDUL AZIZ ATH THARIFI, ULAMA YANG JUGA MENJABAT SEBAGAI PENELITI ILMIAH DI DEPARTEMEN ISLAM DI RIYADH, ARAB SAUDI. مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الأرْضِ لَمُسْرِفُونَ
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (Q.S Al-Maidah : 32)
Firman Allah ‘Azza wa jalla, وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Lukman: 6) Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan bahwasanya setelah Allah menceritakan tentang keadaan orang-orang yang berbahagia dalam ayat 1-5, yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk dari firman Allah (Al-Qur’an) dan mereka merasa menikmati dan mendapatkan manfaat dari bacaan Al-Qur’an, lalu AllahJalla Jalaaluh menceritakan dalam ayat 6 ini tentang orang-orang yang sengsara, yang mereka ini berpaling dari mendengarkan Al-Qur’an dan berbalik arah menuju nyanyian dan musik. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu salah satu sahabat senior Nabi berkata ketika ditanya tentang maksud ayat ini, maka beliau menjawab bahwa itu adalah musik, seraya beliau bersumpah dan mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Begitu juga dengan sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang didoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar Allah memberikan kelebihan kepada beliau dalam menafsirkan Al-Qur’an sehingga beliau dijuluki sebagai Turjumanul Qur’an, bahwasanya beliau juga mengatakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan nyanyian. Al-Wahidy berkata bahwasanya ayat ini menjadi dalil bahwa nyanyian itu hukumnya haram. Dan masih banyak lagi, ayat-ayat lainnya yang menjelaskan akan hal ini.
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف ”Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.” Saudaraku, bukankah apa yang telah dikabarkan oleh beliau itu telah terjadi pada zaman kita saat ini? Dan juga dalam hadis lain, secara terang-terangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang musik. Beliau pernah bersabda, إني لم أنه عن البكاء ولكني نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين : صوت عند نغمة لهو ولعب ومزامير الشيطان وصوت عند مصيبة لطم وجوه وشق جيوب ورنة شيطان “Aku tidak melarang kalian menangis. Namun, yang aku larang adalah dua suara yang bodoh dan maksiat; suara di saat nyanyian hiburan/kesenangan, permainan dan lagu-lagu setan, serta suara ketika terjadi musibah, menampar wajah, merobek baju, dan jeritan setan.” Kedua hadis di atas telah menjadi bukti untuk kita bahwasanya Allah dan Rasul-Nya telah melarang nyanyian beserta alat musik. Sebenarnya, masih banyak bukti-bukti lain baik dari Al-Qur’an, hadis, maupun perkataan ulama yang menunjukkan akan larangan dan celaan Islam terhadap nyanyian dan alat musik. Dan hal ini bisa dirujuk kembali ke kitabnya Ibnul Qayyim yang berjudul Ighatsatul Lahafan atau kitab-kitab ulama lainnya yang membahas tentang hal ini.
Maka kita jawab, ia benar. Hal itu mengandung kebaikan, tapi menurut siapa? Jika Allah dan Rasul-Nya menganggap hal itu adalah baik dan menjadi salah satu cara terbaik dalam berdakwah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para sahabat adalah orang-orang yang paling pertama kali melakukan hal tersebut. Akan tetapi tidak ada satu pun cerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya melakukannya, bahkan mereka melarang dan mencela hal itu. Perlu diketahui, bahwasanya nasyid Islami yang banyak kita dengar sekarang ini itu, bukanlah nasyid yang dilakukan oleh para sahabat Nabi yang mereka lakukan ketika mereka melakukan perjalanan jauh ataupun ketika mereka bekerja, akan tetapi nasyid-nasyid saat ini itu merupakan budaya kaum sufi yang mereka lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Mereka menjadikan hal ini sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah, yang padahal hal ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, maka dari mana mereka mendapatkan hal ini? Maka telah jelas bagi kita, bahwa kaum sufi tersebut telah membuat syariat baru, yaitu membuat suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah Ta’ala dengan cara melantunkan nasyid yang hal tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
1. Ketika Hari raya Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh istri beliau, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, “Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu masuk (ke tempatku) dan di dekatku ada dua anak perempuan kecil dari wanita Anshar, sedang bernyanyi tentang apa yang dikatakan oleh kaum Anshar pada masa perang Bu’ats.” Lalu aku berkata, “Keduanya bukanlah penyanyi.” Lalu Abu Bakar berkata, “Apakah seruling setan ada di dalam rumah Rasulullah?” Hal itu terjadi ketika Hari Raya. Kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya dan ini adalah hari raya kita.” 2. Ketika pernikahanHal ini berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang menceritakan tentang anak kecil yang menabuh rebana dan bernyanyi dalam acara pernikahannya Rubayyi’ bintu Mu’awwidz yang pada waktu itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengingkari adanya hal tersebut. Dan juga berdasarkan dari sebuah hadis, bahwasanya beliau pernah bersabda, “Pembeda antara yang halal dan yang haram adalah menabuh rebana dan suara dalam pernikahan.” Jadi, telah jelas bukan, bahwa keadaan yang diperbolehkan untuk bernyanyi dan bermain alat musik hanyalah ketika hari raya dan pernikahan. Dan alat musik yang diperbolehkan hanyalah duff (rebana) yang hanya dimainkan oleh wanita.
Karakter-karakter khas yang terdapat pada musik tersebut mencakup semua jenis musik, baik itu musik rock, pop, dangdut, maupun musik Islami. Karena hal ini memang telah terbukti di kalangan para pecinta musik. Dan memang, nyanyian dan musik ini sangat besar pengaruhnya bagi para pelaku dan pendengarnya dari segala sisi, baik dari akidahnya, akhlaknya, maupun dari akal pikirannya yang telah menunjukkan adanya kemerosotan yang sangat signifikan jika dibanding dengan generasi kakek nenek kita, yang mana dulu masih jarang ditemukan adanya nyanyian ataupun musik.
Namun memang sudah seharusnya bagi kita seorang muslim, untuk menerima dengan tunduk apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, tanpa ada rasa berat dan penolakan sedikit pun dari dalam hati kita. Karena jika hal itu terjadi, maka itu adalah salah satu tanda adanya kesombongan yang ada dalam hati kita. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ» قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً، قَالَ: «إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ “Tidak akan masuk ke dalam surga seseorang yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan.” Lalu ada seorang laki-laki bertanya pada beliau, “Sesungguhnya manusia itu menyukai baju yang indah dan sandal yang bagus.” Lalu beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kita taufik dan kekuatan untuk bisa melakukan segala apa yang Dia perintahkan dan menjauhi segala apa yang Dia larang. Sesungguhnya Allah Ta’ala-lah yang Maha Pemberi taufik dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali hanyalah milik Allah semata. Wallahu waliyyut taufiq. Sumber: https://muslim.or.id/20706-benarkah-musik-islami-itu-haram.html One thing that scares me so much is this Hadith mentioned about the woman.
The scariest thing is that our woman, "the woman of Islam" are a sign of qiyamah, yet they're so blind to it and see no fault within themselves. The thing is sometimes I just think it's what's written and they're written to be the signs, which is hard to believe but true. In order for qiyaamah to happen these women need to be the signs. This is the minor sign before the Day of Judgment, Rasul Allah (salAllahu alaihi wa sallam) mentioned: “There will be women who will be dressed but they will be naked. Their heads will be like the humps of camels. They will not enter Jannah and will not even smell the scent of Jannah while it can be smelt from a far distance.” [Sahih Muslim]. Another hadith mentions that one can smell the scent of Jannah from a distance traveled in seventy years. SubhanAllah, do you see what I mean? It's bound to happen and some of these woman we can't advise because they're too ignorant to even accept the advice and caught up between the lusts of this dunyaa. So maybe they are what Allah has promised. That is the most scariest thing ever, and I swear I've just been sitting here thinking about how many Muslim woman fit exactly in this description and so many young sisters are following up to them and wanting to be like them forgetting our beloved mothers who are sadly neglected. May Allah protect you all from being apart of the woman in jahannam and make you amongst the best of woman who will enter paradise. Aamiin. Hallo guys, wie geht es dir? I have a challenge for you, simple challenge. CHALLENGE-nya adalah:
semoga berhasil ✌ “Aku masih ragu untuk berhijrah..”
Kenapa? “Aku masih punya banyak pertimbangan..” Jadi, bagaimana? Sudah menemukan dunia baru? Aku harap begitu. Seseorang, jika sudah memutuskan untuk HIJRAH, jangan pernah mencelanya Jangan pernah menghinanya Jangan pernah menggaggunya Jangan pernah membuatnya mundur. Kau mungkin tak mengerti perjuangan mereka untuk HIJRAH. Bukan serta merta hanya mengganti penampilan dan pakaian menjadi lebih syar’i saja, tetapi juga perihal Iman dan Istiqomah. Alhamdulillah jika keluargamu mendukungmu untuk HIJRAH, dan kau merasa bahwa langkah HIJRAHmu terasa sangat lancar dan mudah. Tapi pernahkah kita menengok saudara/saudari kita yang tidak seberuntung kita? Dimana disaat memakai kerudung panjang berwarna gelap, keluarganya menghinanya Dimana disaat mulai rajin datang ke majelis taklim, teman-teman menjauhinya Dimana disaat jenggot sudah panjang dan celana sudah tidak isbal, tetangga mencelanya Dimana disaat memilih untuk mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia, orang-orang mulai mencurigainya. Terlihat terasa berat? Tidak, ini perihal ketabahan. Aku, selalu merasa kagum ketika melihat seseorang memilih untuk HIJRAH. Apalagi jika melihat dari masa lalunya yang sangat kelam, Ada yang dulunya pemain band ternama pecandu narkoba ahli maksiat bandar judi dan lain lain. Mereka dengan yakin dan mantap untuk HIJRAH, dan sekarang? Bisa dibilang ilmu agama mereka melebihi orang-orang yang dulunya tidak memiliki jejak kelam seperti mereka. MasyaAllah. Jadi apakah masih dilema? Apa yang membuatmu ragu? Karna terlihat aneh? Takut kehilangan teman? Takut Kehilangan orang yang dicintai? Takut karena tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya? Sungguh aku mohon, apa yang kau pandang pada DUNIA, lepaskanlah, Ikhlaskan. DUNIA bukan untukmu. Apa kau tidak lelah mengikuti DUNIA yang sungguh menghinakan ini? Dimana kemaksiatan dianggap hal yang wajar, dimana KEKINIAN menjadi ajang perlombaan, dimana kata kata yang tak berarti dianggap panutan. Mau sampai kapan? Buta terhadap IMAN sendiri? Mau sampai kapan menjadi MUSLIM AWAM? “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad 5: 363.) p.s: pengingat terhadap diri penulis sendiri Siapa yang suka fisika?
Mendengarkan kata “fisika” saja otakku sudah nggak kuat, ngantuk. Dulu semasa SMA aku nggak begitu menyukainya, karna menurutku tidak terlalu penting menghitung bola yang menggelinding, bola yang dilempar dengan sudut tertentu, atau bahkan menghitung bola yang jatuh dari ketinggian suatu gedung, membosankan. Untuk apa sih pusing-pusing ngitung kayak gini?? Pikirku setiap mengerjakan soal fisika, bisa dibilang dulu aku membencinya. Tapi ternyata rumus fisika bisa juga diaplikasikan di kehidupan sehari-hari lho, khususnya untuk para saudara/i muslim yang ingin berhijrah ke jalan Allah. Yaitu rumus USAHA. Lah kok bisa? Dimana nyambungnya? Jadi, rumus usaha ini aku temukan waktu awal-awal aku memutuskan untuk berhijrah, karna dulu awalnya bingung, kalau sudah memutuskan untuk hijrah harus ngapain aja ya, eh tiba-tiba keinget rumus usaha ini. Hayo pada inget nggak nih sama rumus usaha? Hehe. Yuk aku coba recall lagi ya,
Dimana F adalah Gaya dan s adalah perpindahan. Eits, jangan pusing dulu, kita nggak ngerjain soal fisika kok hehe. Jadi implementasi dari rumus Usaha pada hijrah kita adalah: Jika kita memutuskan untuk berhijrah karna Allah Ta’ala, maka USAHA kita baru akan bernilai jika kita merubah GAYA kita dan juga melakukan PERPINDAHAN. GAYA disini dimaksudkan adalah memulai untuk mengubah gaya pakaian, sikap, perilaku, yang dulu mungkin masih jauh dari syariat Islam, menjadi sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah SAW. Yang akhwat(wanita) mungkin dulu pernah hijabnya nerawang, warna warni cerah, corak bordir sana sini, yuk sekarang diubah mulai pakai hijab yang syar’i, hijab yang sederhana simple dan nggak ribet. Oiya jangan lupa, gamisnya jangan membentuk lekuk tubuh (di bagian pinggang, dada, dll), kita diperintahkan untuk menutup lho bukan membungkus. Kalau menutup itu, orang yang liat nggak tau bentuk dan isinya seperti apa, sedangkan kalau membungkus? Yah ketauan deh isi dan bentuknya, Naudzubillah. Daaan jangan lupa pakai kaos kaki ya, kakimu juga aurat ukthy shalihah ❀ Nah untuk yang ikhwan(laki-laki) mungkin dulu sering banget nyukur jenggot, dulu suka pakai perhiasan dari emas, sering pakai celana jeans, celananya gombar gombor nyeret tanah, yuk sekarang mulai berubah dimulai dengan melihara jenggot hehe, ini Sunnah Rasul lho, kalau hati masih ragu karna takut dikatain teroris, wah musti nanyain Iman yang ada di dalam hati nih, menjalankan Sunnah Rasul kok malah takut? Kok malah dicela? Kok malah kita ngira kayak teroris? Sebenernya kita ini Islam kok malah jadi Islamphobia sih? Naudzubillah jangan sampe ya akh, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang membenci sunnahku maka dia bukan golonganku”. Untuk para ikhwan yang suka pakai cincin emas, mending disimpan aja buat investasi, nggak usah dipakai hehe, karna dari segi kesehatan, logam dari perhiasan tersebut bisa mengganggu metabolisme di dalam tubuh kita, kenapa wanita boleh? Karena wanita mengeluarkan zat-zat logam tersebut bersamaan disaat wanita tsb sedang haid. Dan untuk celana bagi para ikhwan, panjangnya diatas mata kaki sudah cukup. Jangan lebih dari itu. Mengapa? Karena kain yang melebihi mata kaki akan dibakar di api neraka. Nah untuk GAYA sudah, PERPINDAHANnya apa dong? Perpindahannya adalah bagaimana kita bisa meninggalkan/berpindah dari kegiatan/hal-hal yang kurang bermanfaat menjadi rajin melakukan kegiatan yang sesuai syariat agama. Contohnya: Mulai ninggalin kebiasaan nokrong di tempat makan sambil hahahihi+ghibah sama temen, ninggalin PACARAN (nggak ada lho yang namanya pacaran Islami itu, nggak ada), ninggalin musik, ninggalin style kekinian padahal jauh dari syariat Islam, ninggalin temen yang banyak ngajak mudharatnya, dll. Mungkin awalnya berat ya, yang sungkan sama temen lah, yang takut dikata alim lah tapi.. InsyaAllah, dengan itu semua USAHA HIJRAH kita bernilai di mata Allah Ta’ala. Semangat lillah ! ❤ “Mau pilih dunia yang merupakan TEMPAT HUKUMAN Nabi Adam karena melanggar perintah Allah SWT, atau pilih Surga yang keindahannya tiada terkira?” Think again. (P.s: Pengingat terhadap diri penulis sendiri) Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salamnya kepanjangan ya? Maaf, bukan maksud ingin terlihat alim sampai salam saja harus lengkap. Hanya saja aku ingin mendoakan yang terbaik untukmu. Karena Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh memiliki arti: “Semoga kedamaian dilimpahkan kepadamu diiringi dengan rahmat dari Allah dan juga barakah dari Allah untukmu” Sedangkan jika mengucapkan “Assalamu’alaikum” saja artinya adalah Semoga keselamatan tercurah atas kamu. Which one is better? hehe. Kalimat salam “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” ini maknanya dalam sekali, dan sungguh beruntung apabila ada saudara/i muslim kita mengucapkan salam secara lengkap kepada kita, itu tandanya dia mencintai kita karena Allah dan mendoakan banyak kebaikan kepada kita. Alhamdulillah. Rasulullah SAW berpesan: Semakin lengkap ucapan salam kita, maka kian baik dan makin besar pahalanya. Imran bin Hushain ra mengisahkan, ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw dengan mengucapkan: "Assalamualaikum" Setelah itu, beliau berkata: " Sepuluh" (maksudnya, pahalanya 10). Kemudian ada yang datang lagi lainnya mengucapkan: "Assalamualaikum warahmatullahi". Beliau berkata : "Dua puluh" Selang beberapa waktu kemudian, ada yang datang lagi dengan mengucapkan: "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh". Dan Rasulullah berkata: "Tiga puluh" (HR. Daud dan Tirmidzi). MasyaAllah, sungguh banyak manfaat dari mengucapkan salam secara lengkap. Walaupun mungkin terkadang kita berpikiran: "ah kan salamnya kepanjangan, ribet"; "aduh nulis di chat jadi kelihatan panjang banget dong"; "kalau sms jadi banyak banget, ngabisin pulsa"; "nanti dikira sok alim, gak asik"; dan lain lain. Tapi coba kita renungkan kembali, apa beratnya sih memulai kebaikan dari hal-hal kecil? Mungkin kalau dicoba pertama kali reaksi teman kita bakal awkward, tapi kalau kita jadikan ini sebuah kebiasaan, InsyaAllah sedikit demi sedikit mereka akan mengamalkannya juga. Dan InsyaAllah pahala akan terus mengalir ke diri kita karena secara tidak langsung kita sudah mendakwahkan mengenai salam yang benar. Oiya jadi lupa, afwan bagi yang belum mengenal, perkenalkan, namaku gita. Kalau kata kebanyakan orang, aku termasuk orang yang kalem dan nggak banyak bicara. Padahal aslinya banyak bicara, banyak bicara di dalam hati hehe. Bacalah Ayat-Ayat Al-Qur'an Sampai Dirimu Menangis Tersedu, jika Tidak, Iman di Hatimu sedang Sakit22/5/2016
Memang benar, Memang benar Al-Qur'an tidak akan masuk ke dalam hati seorang manusia, jika manusia menduakannya. Disaat iman terasa nikmat, ayat ayat Al-Qur'an masuk ke dalam qalbu dengan mudah menetap dan bersinar. Namun, jika iman mulai goyah.. Di saat syaitan sengaja menyibukkan anak cucu adam dalam urusan duniawi, Di saat iblis berusaha membungkus kemaksiatan dengan indahnya, Di saat manusia mulai berdamai dengan segala sesuatu yang sia-sia, berdamai dengan hal hal yang tidak bermanfaat dan penuh dengan kemudharatan. Dan apabila mereka dilantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, tidak berbekas sedikit pun di hati mereka. Memang aneh, Di saat manusia diberi akal, mereka berkata: "Saya tidak mengerti hukumnya, Allah pasti akan memaklumi saya" Astaghfirullaah.. Lalu apakah jika tidak mengerti, akan selamat dari siksa api neraka? Lalu selama ini apakah tidak ada waktu untuk belajar? Karena dunia, dunia, dan dunia? Sungguh, dunia memang nampak indah dalam pandangan orang munafik. Namun sungguh, dunia nampak sangat hina dimata orang orang shalih. Bacalah ayat-ayat Al-Qur'an sampai dirimu menangis tersedu, jika tidak, iman di hatimu sedang sakit. note to myself first for you second. Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam bersabda: Bismillah. . . Man Jadda Wa Jadda
Teruntuk kaum adam. Kau tau apa yang kutakutkan saat ini? Aku takut kalau fitnah itu adalah diriku. Apa aku salah jika was was dan menjaga diri? Apa aku salah jika berusaha menjauh? Mungkin kalian kaum adam menganggap ini terlalu berlebihan dan terkesan kalau akhwat terlalu menutup dirinya dari laki-laki. Kalian mungkin heran melihat seorang akhwat yang bertudung labuh dan berjilbab besar yang selalu menundukkan pandangannya dan menghindar jika didekati dan kalian mulai berpikir kalau akhwat itu sombong. Itu karna apa? Itu karna penjagaan dirinya dan karna wanita itu adalah fitnah bagi kaum lelaki. Apakah mereka salah jika ingin menjaga dirinya dari para lelaki ajnabi diluar sana? Bukan berarti laki laki itu haram didekati, tetapi ada batasan-batasan interaksi ikhwan dan akhwat menurut Islam. Tolong jangan samakan kami dengan wanita lain. Kami berbeda dan tidak sama. Kami ingin mengamankan diri dari fitnah dari pada menunjukkan hasrat sekalipun itu fitrah. Lelaki yg baik pasti mengerti dan memaklumi itu. Seorang akhwat yang tersembunyi dibalik tabir hijabnya. Mungkin hanya sebatas kain tapi itulah puncak kehormatannya. Kami tidak suka berdandan dan bersolek seperti kebanyakan lain. Bukan berarti kami tidak bisa karna kecantikan seorang muslimah hanya diperuntukkan untuk suaminya kelak. Dan kami sebagai kaum wanita takut kalau kehadiran kami hanya akan membuat fitnah bagi kalian. Takut kalau kalian tergoda, Takut kalau bayang bayang wajah kami selalu ada dipikiran kalian sehingga membuat kalian lalai. Takut kalau kami dijadikan objek pemuas nafsu kalian. Takut kalau kalian melakukan zina mata, zina hati, zina pikiran, zina tangan, zina kaki bahkan sampai zina kemaluan, nauzubillah. Dan kami takut akan menjadi penghancur hidup kalian. Itu semua karna apa? sekali lagi Karna wanita itu adalah fitnah bagi kaum laki-laki. Kami berusaha untuk menghindari semua itu. Tolong jangan nilai negatif apa yang kami lakukan. Kami ingin menjaga mata mata kalian, dan Kami ingin menjaga hati dan pikiran kalian. Kita semua tau kalau penduduk neraka kebanyakan adalah wanita. Apakah salah jika kami selalu was was tiap apa yang kami lakukan? -Alyarohalia Sabar itu pedih.
Sabar itu pahit. Tapi jika kita yakin dengan Allah, sabar itu akan menjadi indah. Jika kita yakin dengan apa yang Allah simpan untuk kita di hadapan kita yang kita tak nampak tapi lebih baik daripada apa yang kita inginkan, pasti kita ingin diuji dengan kesabaran karena semakin kita bersabar, semakin besar yang Allah simpan. Allah bukan tidak tahu kesedihan kita. Allah Maha Mengetahui. Allah hanya rindu dengan hambaNya. Allah rindu tangisan di sepertiga malam. Allah rindu. Allah rindu. Indah bila semua dalam ridha Allah. -monologis Jika perkataan yg benar membuat kita kehilangan teman.
Maka teruskanlah, teruslah melangkah, karena kebenaran hakikatnya adalah saringan. Ketika kita berbuat atau berkata benar lantas dijauhi (semata karena kebenaran yg kita sampaikan, bukan karena caranya) maka hendaknya kita bersyukur, karena sesungguhnya saringan kita sedang bekerja. Agar yg tersisa untuk kita adalah teman-teman yg baik saja. Yang ia ridho dengan kita, dan kita pun ridho dengannya. Ketika cahaya hidayah mulai menyinari hidup kita terkadang satu-dua bahkan beberapa sahabat dekat mulai beranjak meninggalkan kita. Entah karena mereka menganggap kita ini aneh, tidak siap menerima perubahan yg terjadi pada diri kita setelah mengenal sunnah. Risih mendengar kita menyampaikan kebenaran atau mungkin hanya karena mereka merasa ‘berbeda’ dengan kita. It’s something that comes naturally. Adalah sunnatullaah bahwa pelaku kebenaran selalu terasing dan dianggap aneh Dianggap tidak lazim dan menyelisihi manusia kebanyakan. Semata-semata karena kebenaran yg mereka pilih dan sampaikan. Bersabarlah. Relakanlah mereka yg pergi karena akan datang pengganti yg lebih baik. Yg akan mengokohkan keimanan ketika mulai merapuh, yg setia mendampingi dalam setiap keadaan, yg tak lupa mengingatkan ketika diri mulai lalai dan berdosa. “If Allaah can take away something you’ve never expected losing, Allaah can replace that with something you’ve never imagined having.” Berapa banyak kisah sudah kita dengar tentang kebenaran janji Allaah itu? Seperti kisah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yg dimusuhi kebanyakan penduduk kota Mekkah, dihalang-halangi untuk berdakwah sampai akhirnya beliau berhijrah ke kota Madinah. Disana, Allah gantikan apa yg telah hilang dengan sesuatu yg jauh lebih baik. Kemenangan dan kejayaan Islam yg begitu gemilang hingga hadirnya kaum Anshar yg begitu mencintai beliau. MasyaAllah... Karena IMAN dan KEBENARAN adalah satu dari ujian Cinta & Persahabatan yg sesungguhnya. Laa tahzan, innallaaha ma'ana ❤ ——-- -ninaislami "Malu ah ke kajian Jilbabku masih gaul, Akhwat disana jilbab nya udah panjang & gelap, ada juga yang cadaran, kalau ngaji nanti aku beda sendiri"
"Gak mau temenan sama si fulanah, dia kan jilbab nya udah Syar'i mana mau temenan sama aku? Jilbabku masih gaul" "Jilbabku masih gaul, baru mulai hijrah nih gapapa lah ya namanya juga proses kan bertahap" Sahabat Aku berjilbab bukan berarti paling paham syariat Aku berjilbab bukan berarti tak pernah bermaksiat Aku berjilbab tapi aku bukan malaikat Aku berjilbab dan aku bukan manusia tanpa cacat Aku berjilbab karena berusaha untuk taat. Sahabat, Bukan karena jilbabku lebih panjang darimu, amalku lebih banyak darimu Bukan karena jilbabku lebih gelap darimu, akhlak ku lebih mulia darimu. Sahabat, Aku dan kamu sama Aku pendosa sebagaimana kau pun memiliki dosa Aku dan kamu sama Sama-sama ingin shaleha Aku dan kamu sama Sama-sama mengharap ridho Nya. Sahabat, Berdalih "Jilbabku masih gaul karena masih berproses" tak dapat dijadikan pembenaran Ketika sudah tau kriteria jilbab sesuai Al Qur'an dan Sunnah Dengarkan dan taat, amalkan dalam keseharian Jika ingin menjadi lebih baik jangan "tak enakan" apalagi minderan. Sahabat, Mulailah ketaatan mu dengan berjilbab sesuai syariat Dan ketaatan lain pun akan mengikuti, In Syaa Allah Sama seperti dirimu yang mengatakan "Aku masih berproses" ya, aku pun sama. Aku pun masih berproses, tapi bagiku dalam proses haruslah ada progress Tanpa progress, prosesmu tak akan sukses. -rechafaathir Terkadang otakmu berbicara:
Kenapa? Seharusnya bisa, seharusnya bisa. Itu mudah sekali untukmu. Tetapi hati kecil ini berbisik: Sudah, itu bukan jalan Allaah, jangan, sekali-kali jangan. Tak payah menunjukkan ini, itu, semuanya. Tak payah. Kau semakin dewasa, harus semakin bijaksana. Penganut Islam yang Terasing di Tengah Umatnya yang Banyak Dari Abu Hurairah,
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ “Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145). Di saat kau dan saudara-saudarimu sesama muslim saling mencintai karena Allaah ta'ala, maka disaat kau melakukan kesalahan, mereka akan menasehatimu dengan nasehat yang terbaik.
Nasehat yang mengantarkanmu untuk menjadi seorang muslim/muslimah yang lebih baik, untuk menggapai Surga Allaah. Islam itu sangat indah, kau bisa merasakan luar biasanya nikmat iman saat berada di sekitar orang-orang sholih/sholihah. Perbuatan dan tutur kata sangat dijaga, tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia. Karena mereka selalu mengingatkan kita tentang kematian. Itulah yang tidak akan pernah kau dapatkan dengan orang-orang yang sibuk mengejar dunia. Sungguh, orang orang yang benar-benar mencintai Allaah adalah amat sedikit dan asing. |
Bismillaah..
|